Pemanfaatan Ekstrak Daun Kaktus Centong (Opuntia Cochenillifera) Sebagai Pengawet Alami Pada Buah-buahan
Buah-buahan memiliki manfaat gizi yang sangat baik bagi
tubuh, namun buah-buahan selama proses pengiriman maupun penyimpanan memerlukan
waktu sebelum sampai ke konsumen, cukup banyak buah-buahan memiliki daya simpan
yang cukup singkat sehingga menyebabkan buah tersebut cepat membusuk, jika buah
tersebut di panen terlalu muda atau terlalu matang, maka akan sia-sia karena
akan di tolak oleh konsumen. Proses pembusukan buah merupakan proses perubahan
sifat bahan pangan atau buah dari yang masih segar sehingga berubah
sifat-sifatnya secara kimiawi, fisik atau organoleptik dari buah tersebut
sehingga ditolaknya buah tersebut oleh konsumen.
![]() |
Ekstrak daun kaktus |
Produk
hasil pertanian terutama buah-buahan setelah di panen, tetap melakukan proses
fisiologis sehingga disebut sebagai jaringan yang masih hidup. Adanya aktivitas
fisiologis menyebabkan produk pertanian akan terus mengalami perubahan yang tidak dapat dihentikan, hanya dapat
diperlambat sampai batas tertentu. Tahap akhir akhir dari produk buah pada
pertanian adalah kelayuan dan pembusukan. Faktor-faktor yang dapat dihambat
pada bahan nabati seperti buah-buahan adalah : respirasi, produksi etilen,
transpirasi dan factor morfologis/anatomis, faktor lain yang menyebabkan
kerusakan buah adalah terlalu terkena banyak sinar matahari dan suhu yang
berlebihan, kerusakan patologis dan kerusakan fisik, melihat faktor-faktor
tersebut maka perlu langkah-langkah pengawetan buah agar terjaga kesegarannya
sampai waktunya di konsumsi.
Pengawetan terhadap buah-buahan
sangat sering dilakukan oleh masyarakat luas. Namun, pengawetan dengan
menggunakan bahan alami untuk menghindari efek dari bahan kimia pengawet, masih
sangat jarang dilakukan oleh masyarakat luas. Banyaknya pengawet berbahaya
terhadap kesehatan yang beredar di pasaran menimbulkan kekhawatiran pada
masyarakat untuk menggunakannya. Dampak yang ditimbulkan oleh pengawet berbahaya
tersebut sangat beresiko tinggi terhadap kesehatan masyarakat. Bahan-bahan
kimia yang berbahaya seperti Ca- Benzoat, Sulfur Dioksida (SO2), K-Nitrit,
Na-metasulfat, dan Asam Sorbat adalah beberapa bahan kimia yang dapat dipakai
sebagai bahan pengawet. Bahan-bahan kimia ini
diizinkan beredar di pasaran namun kurang aman jika dipakai sebagai
pengawet buah-buahan. Pemakaian dalam komposisi yang tinggi dapat menimbulkan
efek yang buruk terhadap kesehatan manusia, bahkan akhir-akhir ini banyak
ditemukan buah yang di awetkan dengan formalin yang penggunaanya dilarang dalam
makanan. Beberapa bahan pengawet tersebut dapat menyebabkan kesulitan bernapas,
sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
![]() |
Buah sebelum perendaman |
Kaktus
merupakan tanaman liar yang sering tumbuh di tepi hutan atau ladang, tumbuhan
ini mempunyai duri,sehingga
sering tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dan dianggap sebagai tumbuhan liar
biasa. Sebenarnya tumbuhan kaktus sangat kaya flavonoid. Flavonoid sangat dikenal terutama atas kemampuan
antioksidan sehingga disebut “pengubah respon biologi alami”. berwarna hijau
berukuran seperti piring oval, memiliki nutrisi
berkadar besar.Mineral seperti potasium, kalsium, zat besi,magnesium, banyak
ditemukan dalam bagian itu, ditambah beta-caroten (bentuk awal vitami A) dan
vitami C. Ketika kaktus direbus, yang keluar adalah mucilago yaitu
getah kental dan lengket seperti lem, mucilago merupakan pelindung
terhadap terik matahari. Zat ini mencegah penguapan air dari permukaan
kaktus.Mucilago yang tersusun atas gula dan karbohidrat itu berfungsi sebagai
anti oksidan dan anti bakteri sehingga kandungan mucilago tersebut dapat dicoba
untuk dimanfaatkan sebagai anti oksidan dan anti bakteri dalam peningkatan daya
simpan bahan pangan.
![]() |
Hari kedua setelah perendaman |
Pada penelitian di gunakan tiga jenis buah-buahan yaitu belimbing, salak dan jeruk. Pada buah ini dilakukan perlakuan dengan merendam ketiga buah tersebut kedalam ekstrak kaktus selama kurang lebih dua jam, yang bertujuan agar ekstrak kaktus bisa meresap dan menempel pada kulit buah, pada percobaan ini buah yang di beri label A (kiri) tidak direndam dalam ekstrak kaktus (sebagai control), sedang buah yang berlabel B (kanan), di rendam dalam ekstrak kaktus
Setelah penyimpanan selama 2 hari terlihat perbedaan
pada buah yang diberi ekstrak kaktus dan yang tidak direndam dengan ekstrak
kaktus. Pada buah yang tanpa perendaman ekstrak kaktus lebih cepat busuk dan di
tumbuhi jamur, sedangkan yang direndam
relatif lebih tahan busuk, pada hari ke 6 setelah perendaman menunjukan hasil
yang lebih signifikan lagi, dimana pada sampel buah yang tidak di beri ekstra
buah kaktus menunjukan jamur yang lebih banyak dan busuk buah yang lebih merata
pada bagian buah sedangkan pada buah yang diberi ekstrak kaktus dengan
masa penyimpanan selama 6 hari, busuknya relatif merata.
Pada hari ke delapan buah yang
tidak di awetkan dengan ekstrak kaktus terlihat kondisinya 90 % persen busuk,
yang bila di bandingkan dengan buah yang di awetkan dengan ekstrak daun kaktus
mengalami rusak 25% untuk belimbing dan 15 % untuk salak. Hal ini ini menunjukan
bahwa muchilago pada daun kaktus dapat mengahambat pembusukan buah kurang lebih
50 %. Sedangkan untuk jeruk perbedaanya masih kurang
significan karena umur buah jeruk relatif lebih lama bila dibandingkan dengan
kedua buah tersebut, tetapi pada hari kedelapan pada jeruk A mulai
di tumbuhi jamur, sedangkan pada jeruk B masih tetap tanpa ditumbuhi jamur,
sedangkan kondisi semua buah tanpa di rendam telah busuk.
![]() |
Delapan hari setelah perendaman |
No comments