Pemanfaatan Limbah Popok Bayi Sebagai Bioethanol Solusi Alternatif Penyelesaian Masalah Sampah Kain
Penggunaan popok sekali pakai yang marak dijual
di pasaran sangat berguna untuk memudahkan ibu dalam mengurus bayi sehingga
tidak memerlukan waktu yang lama dan efisien serta mudah dibawa menyebabkan
popok sekali pakai mudah sekali diterima sebagai alternatif dari celana biasa
dalam menyerap buangan air seni bayi. Namun penggunaan popok sekali pakai
menyebabkan masalah lingkungan yang cukup serius, diantaranya adalah sampah
dari popok nya itu sendiri, jika misalkan dalam sehari seorang bayi buang
air 3 kali dengan berat sampah popok sekitar 0,25 kilogram setidaknya sampah
popok dari seorang bayi selama 1 tahun sekitar 270 kilogram lapisan luar popok
dibuat dari bahan sintetik yang mampu menahan kebocoran cairan sulit
di degradasi oleh bakteri tanah dan lapisan dalamnya didesain berdaya serap tinggi sehingga mudah menyerap
air hujan sehingga menyebabkan sampah popok relatif sulit dibakar.
![]() |
Tumpukan sampah plastik dan kain |
 Popok
bayi menggunakan bahan kimia plastik dan kapas yang terurai setelah 200-500
tahun, bahkan sumber lain mengatakan popok bayi tidak dapat terurai.
Selama hidupnya, satu bayi membutuhkan 6000 popok sekali pakai hingga umur tiga
tahun dan jumlah kelahiran hidup berdasarkan sensus penduduk tahun 2004 adalah
4,4 juta. Bila di asumsikan seluruh bayi menggunakan popok sekali pakai maka
sampah popok bayi mencapai kurang lebih 26 milyar popok. Angka tersebut sangat
jelas dapat merusak dan merugikan lingkungan. Dari data (harian Surya, 13
Oktober 2013) bahwa penyumbang utama dari pencemaran sungai adalah limbah
plastik dan limbah popok bayi. Dengan kondisi tersebut maka perlu adanya
penanganan khusus untuk sampah popok bayi, salah satu cara untuk mengatasi
limbah popok bayi adalah dengan menjadikan limbah popok bayi menjadi bahan lain
yang lebih bermanfaat yaitu bahan bakar bioetanol.
![]() |
Langkah awal pembuatan |
 Untuk membuatnya maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Sebanyak 0,1 Kg sampah popok bayi
dibersihkan dan di pisahkan dengan bagian plastiknya, kipas yang telah bersih
di potong-potong dan direndam
dengan 1 liter air.
Tahap selanjutnya adalah hidrolisis selulosa dengan
menggunakan larutan asam berupa larutan H2SO4 1 N dengan volume
40 ml di dalam labu leher tiga dilengkapi dengan pendingin balik dan dipanaskan
sampai suhu 100°C selama 2,5 jam atau yang disebut dengan proses refluks. Proses
ini bertujuan untuk memecah molekul selulosa menjadi molekul yang lebih kecil
lagi yaitu berupa glukosa.
Setelah itu hasil refluks  di dinginkan sampai sama dengan suhu ruangan.
Hasil hidrolisis di netralkan dengan penambahan NaOH diatur pHnya antara 4 – 6,
kemudian ditambahkan fermentor EM4 yang berguna sebagai proses
preteatment secara kimiawi selain
penggunan H2SO4. Hasil
larutan yang telah di refluks di tambahkan sebanyak 3
tutup botol fermentor EM4 di biarkan dalam suhu
ruang selama tiga hari.Tahap selanjutnya adalah fermentasi dengan cara filtrate
sebanyak 1 liter dimasukkan ke dalam botol plastic dan di tambahkan sebanyak 5
gram ragi Saccharomyces cereviseae Kemudian dilakukan inkubasi dengan
cara menutup rapat botol untuk membuat kondisi
anaerob pada suhu berkisar antara 27-30o C selama 6 hari.Pada waktu 48 sampai 144 jam alkohol
yang dihasilkan bertambah banyak karena aktifitas mikrobia pada ragi mengalami
pertumbuhan sudah maksimum.Dari
hasil destilasi selama satu jam didapatkan etanol hasil destilasi sebanyak 70
ml dan di ukur kadarnya menggunakan alkoholmeter menunjukan bahwa kadar etanol
yang di dapatkan adalah sebesar 1,25 %.
![]() |
Proses Destilasi |
Popok bayi merupakan sampah rumah tangga yang sukar
teruarai dan cukup besar jumlahnya selain sampah plastik, perilaku masyarakat
yang membuang sampah sembarangan dan tidak mau repot membuat sampah popok bayi
menimbulkan banyak masalah, selain merusak keindahan dan bau, sampah popok bayi
juga menimbulkan masalah dalam perairan maupun dalam tanah.
Dari hasil penelitian untuk 1 Kg sampah popok bayi
menghasilkan bioetanol sebesar 700 mlÂ
dengan kadar 1,25 %. Semakin banyak popok bayi yang digunakan samakin
banyak hasil etanol yang didapatkan. Bila di asumsikan jumlah popok bayi yang
dibuang mencapai 100 Kg tiap harinya akan menghasilkan 70 Liter alkohol dan
dengan teknik permunian selanjutkanya akan di dapat alkohol dengan kadar yang
bisa di gunakan sebagai bahan bakar pengganti bensin, sehingga bisa mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar fosil dan permasalahan akibat sampah popok bayi
bisa teratasiÂ
No comments